MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
1.
Latar
Belakang Manajemen Berbasis Sekolah
a. Sejarah
Manajemen Berbasis Sekolah
Konsep
MBS yang dalam bahasa Inggris disebut School
Based Management, pertama kali muncul di Amerika Serikat. Latar belakangnya
diawali dengan munculnya pertanyaan masyarakat tentang apa yang di berikan
sekolah kepada masyarakat dan juga apa relevansi dan korelasi pendidikan dengan
tuntutan kebutuhan masyarakat. Kinerja sekolah pada saat itu dianggap oleh
masyarakat tidak sesuai dengan tuntutan siswa untuk terjun kedunia usaha dan
sekolah dianggap tidak mampu memberikan dalam konteks ekonomi yang kompetitif
secara global. Fenomena tersebut oleh pemerintah, khususnya pihak sekolah dan
masyarakat, segera diantisipasi dengan melakukan upaya perubahan dan penataan
manajemen sekolah. Untuk memenuhi kemampuan kompetitif tersebut, masyarakat dan
pemerintah sepakat melakukan reformasi terhadap manajemen sekolah yang mengacu
pada kebutuhan kompetitif.
b. Motif
, Tujuan dan Manfaat MBS
Bertitik
tolak dari kondisi dan penataan kembali manajemen sekolah tersebut, dalam
konteks pembangunan pendidikan di Indonesia diperlukan suatu system perseklahan
yang mampu memberikan kemampuan dasar (basic
skill) bagi siswa.
Penataan
sekolah melalui konsep MBS yang diartikan sebagai wujud dari reformasi
pendidikan, diarahkan untuk meredesain dan memodifikasi struktur pemerintah
menjadi sekolah yang berkonsep pemberdayaan sekolah. Focus pemberdayaan
tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan otonomi dan profesionalisme sekolah
yang pada giliranya menjadi kualitas pendidikan. Gagasan MBS tersebut kiranya
dapat di pahami dengan baik oleh seluruhpihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam penyelenggaraan
pendidika, kususnya sekolah, karena implementasi MBS ini tidak sekedar membawa
perubahan kewenagan dalam akademikdi sekolah, tetapi juga membawa
perubahan mendasar dalam hal
kebijakandan orientasi partisipasi orang tua dan masyarakat.
Tujuan
MBS untuk menjamin semakin rendahnya kontrol pemerintah pusat dan rendahnya
intervensi pemerintah daerah ke sekolah. Hal ini dimaksudkan supaya otonomi
sekolah untuk menentukan sendiri apa yang perlu dilakukan dalam kegiatan
belajar mengajar dan mengelola sumber daya yang ada untuk berinovasi semakain
meningkat. Sedangkan partisipasi masyarakat ditampakkan pada tigginya
keterlibatan mereka sehingga setiap unsure dapat berperan dalam meningkatkan
kualitas , efesiensi, dan pemerataan kesempatan pendidikan dengan memodifikasi
struktur pengambilankeputusan dari pemerintah pusat ke daerah sampai ke sekolah.apabila
unsure-unsur yang terlibat memahami dan berkontribusi terhadap keberhasilan
sekolah, maka MBS memberikan peluang pada guru dan kepala sekolah mengelola
sekolah menjadi lebih efektif karena rasa memiliki semakin tinggi menimbulkan
sikap pemanfaatan yang lebih baik terhadap sumber daya yang ada untuk
mengoptimalkan hasil dan pengelola sekolah mempunyai kendali akuntabilitas
terhadap lingkungan sekolah.
MBS
bertujuan untuk :
1. Menjamin
mutu pembelajaran anak didik yang berpijakpada asas pelayanan dan prestasi
hasil belajar.
2. Meningkatkan
kualitas transfer ilmu pengetahuan dan membangun karakter bangsa dan berbudaya.
3. Meningkatkan
mutu sekolah dengan memantapkan pemberdayaan melalui kemandirian, kreativitas,
inisiatif, dan inovatif dalam mengelola dan memperdayakan sumberdayakan dalam
penyelenggaraan pendidikan melaluipengambilan kputusan dengan mengakomodir
keputusan bersama.
4. Meningkatkan
kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
melalui pengambilankeputusan dengan mengakomodir kepentingan bersama.
5. Meningkatkan
tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang
mutu sekolah dan
6. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar
sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.